Orang Waras tapi Gila
Sebut saja "alexander", pria paruh baya di kampung Nagrak yang sering meresahkan masyarakat. Katanya sihh dia orang gila tapi yang bikin heran gilanya kok cuma di kampung ini saja. Kalo nih orang ada di luar kampung Nagrak ya kaya biasa aja. Ngobrol nyambung, bisa ngojek, bisa bantu benerin jalan, bisa disuruh bersih-bersih bahkan pernah jadi kuli bangunan di Jabotabek dan sekitarnya.
Nih orang kalo lagi kumat ngeselin banget. Semaleman teriak-teriak ganggu orang tidur. Belum lagi suka ngerusak properti, pintu dirusak, genteng/kaca dilempar batu, dll. Bahkan pernah beberapa kali berani berbuat kekerasan, ibunya pun pernah jadi korban bogem mentahnya.
Beberapa kali pihak keluarga pernah membawanya ke rumah sakit jiwa di daerah Bogor tapi setelah diperiksa disuruh pulang lagi karena dinyatakan normal alias waras. Tapi nihh orang tetap saja sering berbuat onar, merusak, dan mengganggu masyarakat.
Pernah suatu kali pihak RT dan masyarakat bertindak untuk melakukan pemasungan. Eehhh besoknya pihak keluarga tidak tega dan membebaskan kembali pasungannya. Sebenarnya mau apa sihh nih orang...gila tapi waras, waras tapi setress, menebar horor dan ketakutan. Ampyunnn dehh...
Cerita lain
Beralih ke kampung selanjutnya di Ciwalen (tetangga kampung Nagrak). Horor kembali melanda, masih dengan masalah orang gila. Namanya dipangging "Cengbid". Pria paruh baya menuju tua sering juga berulah. Kalo lagi waras dia pendiam, rajin bertani. Tapi kalo sudah kambuh (gilanya) sekampung raya bisa terdampak. Terutama ibu-ibu dan anak-anak biasanya bersembunyi tidak berani keluar rumah kalo si Cengbid sedang berkeliaran.
Orang ini memang secara medis dinyatakan gila temporaly. Kalo sedang kambuh sering mengganggu masyarakat, meminta secara paksa, dan galak. Sering melakukan kekerasan bahkan keluarganya sendiri sering menjadi korban.
Masyarakat berupaya mengumpulkan dana untuk orang ini jika sedang kumat dan sangat mengganggu. Dana yang dikumpulkan dibelikan obat penenang untuk si Cengbid agar segera sadar dan sembuh dari ketidakwarasannya.
Tapi mau sampai kapan masyarakat melakukan iuran terus? Kalo tiap bulan kambuh terus bagaimana? Siapa yang bertanggungjawab?
Entahlah biarkan semuanya berjalan seiring dengan waktu....
Entahlah biarkan semuanya berjalan seiring dengan waktu....
Komentar
Posting Komentar