Kesehatan Mental

Morning semuaaaaa....

Alhamdulillah pagi ini cerah ceria, bisa berjemur (anjuran untuk meningkatkan imun), jemur cucian, jemur bantal guling, etc...etc...

Masih dalam rangka social distancing dan #dirumahaja, masih pada semangat kannn...harus dong...biar sehat lahir batin.
Yesss sehat lahir batin, jiwa raga, fisik dan mental. Kalo setiap ketemu sama sodara ato teman suka cipika cipiki terus nanya basa basi "apa kabar" terus dijawab "baik" ato "sehat" tapi sering loh dalem hatinya lagi amburadul, sakit hati, punya problem, dll yang ga keliatan secara fisik. Istilah anak jaman sekarang mah sakit mental ato mental illness.

Sakit mental? Serem amat yaa kesannya. Kalo orang-orang seperti saya dan generasi yang seumuran istilah mental illness ini masih baru karena jaman dulu ga ada tuh banyak disebut-sebut. Mungkin istilah itu ada cuma dikalangan tertentu aja misal di dunia medis. Kalo sekarang banyak banget orang-orang rame ngomongin mental illness ini. Artis-artis mulai mengakui punya penyakit-penyakit mental ini. Ada yang bipolar, bordering disorder, gangguan kecemasan, post power sindrom, dll. 

Jaman sekarang kayanya mental illness ini sudah menjadi issue yang biasa, bahkan mengganggap kalo punya penyakit ini sedikit menjadi "keren". Saya ga ngerti, ga paham kenapa ada fenomena kayak gini.

Baru-baru ini sebelum ramainya media mendominasi covid 19 dan embel-embel nya. Ada kasus yang cukup membuat saya agak shock dimana seorang anak perempuan remaja berumur 15 tahun membunuh balita berumur 5 tahun yang tiada lain dan tiada bukan tetangganya sendiri.

Banyak spekulasi mengenai kasus ini. Banyak pakar yang berbicara, muncul pengamat-pengamat baru yang tiba-tiba muncul dan berspekulasi sesuai pikirannya masing-masing. Tersangka dituduh sebagai psikopat lah, korban broken home lah, korban kemiskinan lah, bla..bla..bla... banyak lah asumsi-asumsi yang berkembang. Banyak faktor bisa terjadi dibalik peristiwa pembunuhan ini.

Kasus lain mengenai issue mental illness ini marak terjadi sejak orang ramai menggunakan media sosial. Saya pribadi merasakan dampak dari penggunaan medsos ini. Awalnya medsos sangat menyenangkan tapi setelah dipikir-pikir lama kelamaan kok main medsos ga asik lagi yaa...Perbedaan tipis antara pamer dan pencitraan banyak mengisi konten-konten medsos. 

Orang yang tidak sanggup mengikuti standar-standar orang disekeliling medsosnya (seperti saya) akan menyebabkan rasa campur aduk senang, bangga, iri, dengki, insecure, rendah diri, minder, dll. Demi kesehatan jiwa dan raga maka saya memutuskan untuk pensiun dari dunia medsos. Memilih sibuk di dunia nyata dan apa adanya, tenang, damai, aman.

Bagaimana dengan kamu...sudahkah sehat jiwa dan raga? Semangattttt

Damai kan jiwa dan raga...salam lestari


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film : EXHUMA

Rak Serbaguna

Perilaku Konsumtif itu Ga Keren