Sampah di Kampung (TPA Sungai?)


Selama saya tinggal di kampung sekitar 4 tahun kebelakang, satu hal yang sangat disayangkan dan selalu menjadi 'kegalauan hati' yaitu masalah sampah. Saya menikmati tinggal di kampung. Udaranya bersih dan sejuk, biaya hidup murah, ga banyak godaan buat ngabisin duit, dekat dengan keluarga, pokonya enjoy the life--slowly and happy. Namun masalah sampah itu selalu kepikiran tiap hari. Sedih rasanya sampah-sampah di hampir semua kampung di daerah Sukaresmi ini tempat pembuangan akhirnya (TPA) tiada lain dan tiada bukan di sungai atau kalo orang Sunda bilang wahangan. 

Bisa dibayangkan dongg masalah besar yang akan terjadi! Banjir di daerah hilir,  mencemari laut, merusak habitat berbagai satwa laut, dll. Desa di kampung halaman saya ini merupakan daerah hulu. Apa jadinya daearah hilir kalo dari hulunya saja sudah dikirimi berbagai jenis sampah. Sampah-sampah ekstrim yang pernah saya lihat di wahangan diantaranya; kasur, tikar/karpet, alat elektronik, bahkan closet duduk pun dilempar ke wahangan. 

Siapa yang harus bertanggung jawab? Kalo menurut saya yaa pemdes setempat. Coba pemdes memberikan tempat yang layak dan benar untuk TPA, sudah pasti masyarakatnya ga bakalan ngaco. Kondisi saat ini, sudah pemdesnya ngaco, masyarakatnya kurang aware dengan lingkungan yaa beginilah jadinya. Stigma orang desa kalo buang sampah yaa ke sungai. Sementara di daerah hulu sibuk membuat anggaran besar-besaran untuk mengatasi banjir dengan normalisasi, relokasi pemukiman, berbagai edukasi Go green, dll. Sementara tidak ada satupun yang memikirkan kondisi sungai di daerah hulu, bahkan pemdes yang bersangkutan pun sepertinya tidak serius mengurusi masalah TPA ini. Saya heran...kenapa bisa mereka (pemdes) ga memikirkan masalah ini...

Program pemerintah pusat yang baru masuk ke pedesaan yang saya tahu dan pernah ikuti sosialisasinya adalah masalah mencegah stunting. Salah satu kegiatan yang disosialisasikan untuk mencegah stunting tersebut yaitu dengan membuat septik tank di setiap rumah atau secara komunal. Kondisi umum di pedesaan saat ini yaitu pembuangan air kotor dari kamar mandi baik itu sisa sabun maupun feses masih dibuang langsung ke sungai.

Bagaimana saya menyikapi 'kegalauan' masalah sampah ini. Sebisa mungkin saya pisahkan sampah basah dan kering. Sampah organik saya buang ke kebun (galian lubang) dan sampah kering saya kumpulkan kemudian bawa ke TPA (sungai), sebisa mungkin langsung dibakar ditempat. Kalo sedang tidak memungkinkan dibakar yaa mau ga mau ditumpuk di TPA desa Ciwalen bersama dengan sampah-sampah lainnya.



Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciwalen



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film : EXHUMA

Rak Serbaguna

Perilaku Konsumtif itu Ga Keren