Dongeng Anak
Saya suka dengan cerita ini. Salah satu dongeng anak yang berasal dari negeri Cina penuh makna dan sentilan. Sederhana namun mengena dan tanpa disadari kita pasti pernah mengalami hal yang seperti dikisahkan pada dongeng ini, tentunya dengan versi yang berbeda. Langsung saja, setelah saya tulis ulang dengan versi yang dipersingkat...cekidot :)
*Kisah Wu Kang*
Dikisahkan seorang laki-laki yang dianggap beruntung oleh sebagian orang karena memiliki isteri, anak, dan keluarga besar yang cukup berbahagia. Tinggal di sebuah pondok dan lahan pertanian di sebuah desa dengan panen yang melimpah ruah. Laki-laki tersebut adalah Wu Kang. Tetapi Wu Kang tidak pernah merasa puas. Dia memutuskan untuk pergi ke kota karena merasa tidak puas dengan keadaannya di desa. Wu Kang kemudian pindah ke kota dengan menjual semua harta dan tanahnya di desa kemudian hidup di rumah yang lebih kecil dengan keluarganya di kota. Kemudian dia berguru kepada seorang pengrajin perabot dan berhasil memahat kayu gelondongan menjadi sebuah kursi yang penuh dengan ukiran. Wu Kang merasa belum cukup dan tidak puas kembali serta memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan pindah ke kota lain.
Orang tuanya bertanya kepada Wu Kang "Mengapa kita pindah?". "Aku belum puas" kata Wu Kang. "Tapi kita berbahagia disini" kata orangtuanya. "ini tidak cukup" kata Wu Kang. Maka Dia dan isteri beserta anaknya dengan meninggalkan orang tuanya pindah ke kota lain untuk mencari kepuasan. Di kota yang baru Wu Kang dan keluarganya tinggal di sebuah gubuk dekat jalan yang kumuh, jauh dari rumah kecil mereka di kota sebelumnya atau di pondok nyaman mereka di desa. Wu Kang kemudian bekerja menjadi pelayan toko. Setelah mengetahui cara memegang kuas dengan baik dia belajar dan memutuskan untuk meraih jabatan di kantor pemerintahan. Namun, Wu Kang tidak pernah puas.
"Mungkin Ayah harus mencoba menjadi Dewa" kata putranya kepada Wu Kang. "Itu pasti akan membuat Ayah puas". "Kurasa mungkin kau benar Anakku" kata Wu Kang. Kemudian Wu Kang bersiap-siap untuk mencari seorang dewa dan berguru padanya. Isterinya memohon kepada Wu Kang untuk tidak pergi namun Wu Kang merasa belum cukup dan akhirnya pergi meninggalkan isteri dan anak-anaknya.
Wu Kang berkelana kemana-mana hingga akhirnya bertemu dengan seorang dewa. Dewa tersebut menolak permintaan Wu Kang untuk menjadi gurunya namun dia tetap memaksa hingga pada akhirnya Wu Kang dibawa ke "Gunung Tak Berujung". Dewa pun mengajarinya dengan hal-hal yang ajaib yang oleh orang biasa dianggap menakjubkan. Bagaimanapun sifat Wu Kang yang tidak mudah puas belum berubah. Ketika dewa meminta Wu Kang mengambil benang ajaib dari seorang putri dengan melakukan perjalanan melintasi lautan bintang di atas jembatan burung-burung malam, Wu Kang menyaksikan dan mengikutinya namun setelah tiga hari dia menyatakan kebosanannya. Kemudian dia meminta diajarkan hal lainnya kepada dewa. Dewa mengajarkan cara mengikat tali benang takdir lalu menyeggelnya dengan berkas cahaya bulan. Wu Kang mempelajari dan menirunya, namun setelah dua hari dia kembali gelisah. "Guru, aku tahu bahwa kau bisa mengajariku lebih banyak" kata Wu Kang. Maka dewa mengeluarkan kitab peruntungannya dan mulai mengajari Wu Kang cara membacanya . Tetapi setelah sehari, Wu Kang berseru "tentunya ada yang lebih baik daripada ini". Mendengar hai itu dewa mengiyakan "memang ada".
![]() |
by Google |
Kemudian dewa membawa Wu Kang ke daerah yang gersang di "Gunung Tak Berujung". Dewa mengetuk tanah dengan tongkatnya dan tumbuhlah sebatang pohon perak dari sebongkah batu. Dewa kemudian mengikatkan benang nasib ke tubuh Wu Kang dan batang pohon itu. "Satu-satunya hal yang harus kuberikan kepadamu ," kata dewa kepada Wu Kang sambil menyerahkan sebuah kapak, "adalah pelajaran tentang kepuasan dan kesabaran. Kau baru akan mempelajarinya setelah berhasil menebang pohon ini". Wu Kang megangkat bahu dan mulai menebang pohon itu tanpa prasangka apapun. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa pohon itu tumbuh bersama setiap luka dari kapaknya, dan setiap tebasannya menebarkan benih pohon ke danau dan langit malam. Maka setiap malam Wu Kang menebang pohon itu. Karena terikat dengan benang nasib, dia tidak bisa meninggalkannya dan ditakdirkan untuk menebang pohon tersebut hingga dia mendapatkan pelajaran atau dunia berakhir.
-The end-
....sifat manusia yang selalu tidak pernah merasa puas dan serakah pada akhirnya hanya bisa diredam oleh rasa syukur
Komentar
Posting Komentar